Drama cicak |
Setelah pada postingan sebelumnya kita belajar tentang pengertian drama dan jenis-jenisnya, maka kali ini aku akan memberikan contoh naskah drama modern satu babak bertema drama komedi (drama komedi ya, bukan drama Korea). Naskah drama ini sendiri dibuat sebagai tugas kelompok keponakanku dan teman-temannya. Aku diminta untuk jadi editor dadakan yang bertugas memperbaiki kekurangan naskah di sana sini (sstt... sebenarnya, nyaris semua bagian kuperbaiki lho)
Berikut naskah dramanya :
Judul : CICAK
Tipe : Drama satu babak
Setting : Ruang OSIS
Pelaku/Watak :
Nathan
(Ketua OSIS, tegas dan punya wibawa).
Karina
(Wakil Ketua OSIS, suka cari muka dengan bosnya di OSIS).
Cassandra
(Sekretaris OSIS, phobia cicak, apalagi tahi cicak, tapi juga penyayang binatang).
Elena
(Bendahara OSIS, kadang matre, kadang dermawan (baca: plin-plan)).
Adipati
(Ketua grup karate, emosian (baca: lebih ngandalin otot daripada otak).
Steffi
(Ketua grup tari, lembut gemulai, dan sudah tentu pandai menari).
Nazila
(Ketua grup rohis, santun, sopan, agamis).
Sinopsis :
Nathan dan
kawan-kawannya sesama pengurus OSIS sedang dibingungkan dengan masalah
kebersihan ruang OSIS sekolah mereka. Setiap hendak dipakai, Ruang OSIS selalu
saja dikotori tahi cicak yang hitam putih itu. Karena sudah mengganggu, Sebagai
Ketua OSIS, Nathan berencana untuk membasmi setiap ekor cicak yang menumpang
tinggal di ruang OSIS mereka. Tindakan membasmi ini ditujukan supaya Ruang OSIS
mereka kembali bersih, higienis, dan nyaman digunakan. Masalahnya, rencana
Nathan untuk menumpas kezaliman para cicak itu berbenturan dengan personaliti
beberapa temannya sesama pengurus.
Narator
:
Pentas
memperlihatkan Ruang OSIS SMA “Maju Terus Mundur Kalau Terdesak” saat jam
istirahat pertama. Beberapa kursi tampak diletakkan begitu saja di dalam
ruangan, tidak beraturan dan tidak sedap dipandang mata, apalagi untuk dimakan.
Satu-satunya meja kayu di ruangan itu kini sedang dinaiki seorang siswa yang
dari gelagatnya terlihat tidak bahagia dan seakan memendam dendam kesumat
terhadap seseorang, atau sesuatu. Di dekat meja di mana seorang siswa sedang
berdiri sambil mengintip-ngintip loteng itu, tiga orang siswi berdiri berjejer
seperti tengah mengantri. Di tangan masing-masing siswi itu, sebatang lidi yang
ujungnya diberi kapur sirih dipegang mengacung ke atas. Sepertinya tiga siswi
itu sedang menunggu perintah, yang pasti bukan sedang mengantri giliran
menggunakan toilet, apalagi mengantri jatah sembako. Di salah satu pojok
ruangan, seorang siswa lain duduk cuek sambil menekuk-nekuk lengan kanannya
seperti sedang fitness.
Elena : Gimana, Nat? Kelihatan nggak
sarangnya? (sambil mendongak ke loteng).
Nathan
: (berdecak
kesal) Kamu pernah lihat sarang cicak?
Elena
: (menggelengkan kepala) Enggak tuh, tapi kalau sarang walet pernah.
Harganya, mahaaaaaaaaal banget.
Steffi
: Apanya yang mahal?
Elena : Sarang waletnyalah, masak sarangmu.
Steffi : Heh, sembarangan. Kamu kira aku
tawon?
Elena : Oh, bukan, ya?
Steffi
: (memonyongkan bibir pada Elena) Tunggu pembalasanku!
Nathan
: Hei, kalian berdua! Kita lagi
ngomongin cicak, bukan walet, bukan tawon.
Karina : Betul itu. Cicak, bukan walet, bukan
tawon.
Nathan
: Fokus!
Karina
: Betul itu. Fooookus. F-O-K-U-S (mengeja huruf). Fokus ke… (garuk-garuk kepala dan mendongak pada
Nathan). Fokus ke mana ya, Nat?
Nathan : (mendudukkan
diri di atas meja). Ke cicaknya, Karin… ke cicaknya.
Karina
: Betul. Cicak!
Steffi
: (menyanyi sambil melambai-lambaikan lidi di tangan seperti menari)
Cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap, datang seekor nyamuk …
Adipati : (berhenti
menekuk-nekuk lengan dan menyambung nyanyian Steffi dengan lantang) HUP
…!!! (bertepuk tangan satu kali) LALU
DITANGKAP! (tertawa sendiri).
Steffi : (memandang
Adipati dengan kening berkerut heran dan berbisik pada Elena)
Sepertinya
dia stress.
Elena
: (balas berbisik ke kuping Steffi) Hati-hati, nanti kamu dikaratenya
sampai tulang-belulangmu patah-patah dan enggak bisa goyang dumang lagi. Mau?
Adipati
: (bangun
dari kursi dengan marah) Heh, kalian berdua bisikin aku, hah?!? (mendekat ke teman-temannya sambil
menggulung lengan baju seragam) Silahkan pilih, kiri rumah sakit Ingin
Sehat (sambil mengangkat tangan kiri).
Kanan TPU Jeruk Purut (sambil mengangkat
tangan kanan).
Narator
:
Steffi
dan Elena ketakutan. Keduanya langsung mencampakkan lidi di tangan
masing-masing lalu kompak berangkulan setengah gemetaran. Sementara itu Adipati
masih melotot marah pada mereka berdua.
Nathan
: Adi, jangan cepat emosi (menepuk-nepuk bahu Adipati)
Karina
: Betul itu. Jangan cepat emosi.
Setiap masalah harus diselesaikan dengan kepala dingin. Iya, kan, Nat? (cari dukungan (baca: cari muka) ke Nathan).
Nathan
: (menganggukkan
kepala) Seratus (mengangkat jempol).
Adipati : (memandangi
temannya satu persatu dengan pandangan tajam) Awas kalian bisik-bisikin aku
lagi. Enggak ada kiri-kirian, langsung kukirim ke TPU Jeruk Purut. Nih, pake
ini (sambil mengacungkan tinju kanan pada
Steffi dan Elena lalu kembali ke pojokan, duduk di kursi dan meneruskan menekuk-nekuk lengannya seperti orang sedang
fitness)
Elena
: FIUUUHHH …! (mengelus-elus dada) Hampir aja minggat ke TPU.
Steffi : (mengikuti
Elena mengelus dada) Hampir aja aku nggak bisa goyang dumang lagi.
Narator
:
Sekonyong-konyong,
dua siswi memasuki Ruang OSIS yang sedang tidak beres itu. Kelakuan dua siswi
yang baru saja muncul tersebut sekilas terlihat unik (baca: aneh bin ajaib).
Salah seorang berjalan penuh gaya sambil mengibas-ngibas pulpen bulu-bulu warna
pink ke segala arah (mungkin dikiranya itu kipas). Sementara salah seorang
lainnya melangkah santun sambil mengibas-ngibas ujung-ujung benang sebuah
tasbih ke kiri dan ke nanan (mungkin dikiranya itu ekor kuda).
Cassandra : Hai, genks… baru abis ngapain sih? Kok
ruangannya kayak abis kena bom atom begini? (sambil
menggerakkan pulpen bulu-bulu di tangan kanan ke seluruh penjuru ruangan).
Elena : Hiroshima Nagasaki keleus dibom atom (sambil memutar bola mata).
Nazila
: (tiba-tiba menjerit) Najis, najis, najis … (menunjuk-nunjuk lantai dengan tangan
yang menggenggam tasbih) najis di mana-mana. Awas, Cassandra! jangan
sampai bersentuhan dengan najis, nanti pakaian kita tidak bisa dibawa shalat (lalu berjinjit dan mengangkat rok).
Cassandra : Mana najisnya? (merunduk dan memelototi lantai ruangan dengan gaya centil).
Nazila : Itu, di lantai banyak sekali tahi
cicaknya.
Cassandra : APAAAH …??? CICAK? (lalu memanjat naik ke atas kursi terdekat dengan ekspresi ketakutan)
Cicak, hush … hush … hush … sa-naaaa … (mengusir
cicak dengan gaya chantik ala penyanyi Syahrini yang sering muncul di TV itu).
Adipati
: Dasar cewek, sama cicak aja takut.
Cassandra : (melotot
pada Adipati) Daripada kamu, nonton Valak aja hampir pipis di celana.
Adipati
: (bangun
dari kursi dengan tampang marah) Berani ngatain? Nih, pilih mana, kiri
Rumah Sakit Ingin Sehat …
Cassandra : Kanan TPU Jeruk Purut, kan? Pffftt… (langsung menyambung kalimat Adipati lalu meleletkan
lidah) Catat, ya! Cassie takut cicak, bukan takut orang. (turun dari kursi dan berkacak pinggang).
Nathan : Kalian, jangan berantem. (turun dari meja dan menengahi
teman-temannya)
Karina
: Betul itu. Jangan berantem.
Berantem itu nggak baik. Iya, kan, Nat?
Steffi : Wah, ada yang carmuk nih.
Nazila
: Carmuk itu apa, ya? Saya belum
pernah mendengarnya.
Cassandra : Kamu kelamaan di pesantren sih, carmuk aja
enggak pernah dengar. Cari muka tahu?
Nazila : Ooo… cari muka.
Nathan : Sudah. Daripada debat nggak mutu, lebih
baik kita fokus ke masalah kita saat ini. Bagaimana caranya agar Ruang OSIS
kita bebas dari tahi cicak. Ada usul?
Adipati
: Dikaratein aja cicaknya satu-satu
sampai patah tulang.
Steffi : Diajak goyang dumang ke sanggar
tari.
Elena : Tangkapin, trus jualin ke Ah Kiong. Uangnya
donasikan ke panti asuhan.
Cassandra : Jangan dijual. Abis ditangkap, cicaknya kita
piara.
Nazila : Mita diirukyah saja sama pak ustadz.
Nathan : Kalian semua yang harus dirukyah. Kalau
kasih ide yang benar dong! (dengan mimik
kesal).
Karina
: Iya, kalau ngasih ide tuh yang
benar. Iya, kan, Nat?
Steffi : Mending kami, punya ide. Kamu
sendiri idenya apaan, Rin? Dari tadi sibuk ngulang apa kata Nathan doang.
Elena : Betul itu (sambil mengangkat jempol sengaja menyindir Karina)
Adipati
: Enggak salah itu (ikut-ukutan mengangkat jempol)
Cassandra : Iya, kan, Nat (sambil meniru gaya cari muka Karina ke Nathan)
Karina
: Kalian jahat. Nathan, lihat,
mereka ngejek Karin (ngadu ke Nathan)
Nazila : Kata Pak Ustadz, tidak baik mengatai
teman. Dosa.
Elena : Siap, Bu Hajjah (sambil memperagakan sikap hormat bendera)
Nathan : Aduh… kalian serius gak sih? Ini kita
sedang ada masalah buat dipecahkan. Apa kalian mau, OSIS kita dicap tempat
cicak buang air?
Steffi : (menggelengkan
kepala) Enggak mau.
Cassandra : Kalau ada yang ngatain begitu... (diam sebentar) Duh… sakiiiit… (sambil menekan dada berlagak seperti sakit
betulan).
Adipati
: Kalau ada yang berani ngatain
begitu, kukaratein sampai patah-patah.
Elena : Anisa Bahar keleus, goyang
patah-patah.
Nathan : STOP…!!! (berteriak marah).
Karina
: Iya, STOP…! (ikut-ikutan berteriak seperti Nathan) S-T-O-P…
Narator
:
Nathan
memelototi Karina dengan marah. Melihat kalau Ketua OSIS mereka melotot
sedemikian rupa pada Karina, Elena-Steffi-Cassandra-Nazila dan Adipati pun
ikut-ikutan melotot, bukan pada Karina, tapi mereka berempat saling memelototi
satu sama lain. Menyadari kalau teman-temannya tidak bisa diajak bekerja sama
dengan baik dan benar, tak lama kemudian Nathan mendudukkan diri di salah satu
kursi sambil memijit-mijit keningnya seperti orang banyak pikiran. Melihat
ketua OSIS duduk, mereka semua pun akhirnya ikut-ikutan mendudukkan diri di
kursi yang ada. Keadaan ruang OSIS sejenak hening. Semua orang yang ada di sana
sama-sama duduk sambil memijat-mijat kening masing-masing seperti dikomando.
Karina
: (tiba-tiba mengacungkan lidi berkapur ke hadapan teman-temannya)
AHA! Kata sepupu cucu neneknya anak tante paman kakek ibunya Nathan, cicak bisa
dibunuh pake kapur di lidi begini. Iya, kan, Nat?
Steffi : Perasaan kita udah praktekin cara
itu deh tadi.
Elena : Sebentar… kata siapa, Rin? (bertanya ke Karina dengan kening berkerut)
Karina
: Kata sepupu cucu neneknya anak
tante paman kakek ibunya Nathan. Iya, kan, Nat?
Adipati
: What the ffffff…. (mengeluarkan bunyi huruf F panjang dari
mulut).
Nazila : Jadi, cicaknya harus dibunuh pake lidi
dan kapur begitu?
Nathan : Rencana awalnya sih begitu. Tapi
sepertinya kurang berhasil.
Karina
: Iya, kurang berhasil.
Nazila : Kalau kurang berhasil, terus, pakai
cara apa lagi?
Cassandra : Tunggu, tunggu, tunggu? Dibunuh? No, no, no,
no .… (menggerak-gerakkan telunjuk ke
kiri dan ke kanan) Cicak juga
makhluk hidup. Sama kayak manusia, cicak pasti juga punya HAC. Kita tidak boleh
melanggar HAC mereka begitu saja.
Steffi : HAC itu apaan, Cassie?
Cassandra : Hak Azasi Cicak.
Narator
:
Mendapati
jawaban Cassandra yang terdengar factual dan intelektual tapi belum tentu
terdaftar di KBBI itu, semua orang di ruang OSIS melongo memandang Cassandra selama
kira-kira satu episode drama Korea Descendant
of the Sun yang terkenal itu. Kalau saja Steffi tidak bersuara dan
mengembalikan kesadaran mereka semua, bisa jadi durasi melongo berjamaah itu
molor panjang sampai dua episode serial India Uttaran, yang pernah tayang di
salah satu channel Televisi langganan emaknya Cassandra kalau sedang absen ikut
demo Tupperware.
Steffi : Ternyata yang stress bukan hanya si
Adi.
Cassandra : Pokoknya cicak enggak boleh dibunuh. Dia
bagian dari jaring-jaring makanan. Walau cicak bikin Cassie phobia berat, cicak
tetap bagian dari rantai kehidupan biologi.
Adipati : Benar juga, ya. Cicak, kan, predatornya
nyamuk. Nanti kalau cicaknya dibunuh, trus nyamuknya makin banyak. Penyakit
karena nyamuk, kan, lebih bahaya.
Cassandra : Wah, kali ini preman sekolah ngomongnya pakai
otak. Biasanya, kan, otot mulu.
Adipati : He he he he.
Elena : Good job, Bro (mengacungkan jempol pada Adipati)
Nazila : Katanya Adi benar lho. Penyakit karena
nyamuk lebih bahaya. Ada DBD, ada malaria juga. Penyakit itu bisa menyebabkan
kematian lho.
Karina
: Iya. Kapan itu, sepupu cucu
neneknya anak tante paman kakek ibuku ada yang kena DBD dan meninggal. Serem
lho.
Adipati
: What the ffffff…. (kembali mengeluarkan bunyi huruf F panjang
dari mulut)
Elena : Apa hanya aku ya, yang aneh sendiri
sama sepupu cucu neneknya anak tante paman kakek ibunya Karina?
Steffi : Aku mikirin sepupu cucu neneknya
anak tante paman kakek ibunya Karina sampai-sampai ketombean (sambil garuk-garuk kepala)
Nazila : Jadi, kesimpulannya bagaimana?
Cassandra
: Apapun, asal cicaknya tidak mati.
Nathan : Yang lain bagaimana? apa setuju? (sambil memandangi teman-temannya satu persatu).
Narator
:
Semua
orang di dalam ruangan serentak manggut-manggut lebih dari satu kali. Kalau
saja Nathan tidak kembali bersuara, bisa jadi mereka semua bakal terus
manggut-manggut sampai Anggun jadi duta sampo lain.
Nathan : Baiklah. Kalau cicaknya jangan dibunuh,
maka solusi satu-satunya kita harus mengatur jadwal piket setiap pagi, untuk
membersihkan Ruang OSIS kita dari kotoran cicak.
Nazila : Benar sekali. Karena dalam agama kita,
kebersihan itu, kan, setengah daripada iman.
Cassandra
: Iya. Pepatah juga bilang, bersih itu indah. Jadi, ayo kita bersihkan, guys!
Semua : Ayoooo…!!! (mengepalkan tangan ke udara dengan penuh semangat).
Narator
:
Akhirnya,
drama remaja yang sama sekali tidak menguras emosi dan air mata penonton ini selesai
dipentaskan. Lagipula, permasalahannya sudah diselesaikan secara win-win
solution, alias sama-sama menang. Maksudnya, Nathan dan kawan-kawan menang,
keluarga cicak juga menang tak jadi dihijrahkan ke alam baka. Layar siap-siap
diturunkan… eh, tapi tunggu ada sesuatu yang terjadi di atas pentas. Mari kita
lihat sebentar lagi (narator mengambil
jeda kira-kira tiga ketukan). Oh, rupanya, sementara Nathan dan kawan-kawan
bergembira sambil joget-joget di pentas, diam-diam seekor cicak merayap di
tengah loteng, dan… hup… cicak itu terjatuh, tepat di tengah-tengah pentas.
Semua : (menjerit
ketakutan) AAAAAAA…. CICAAAAAAAKKK…!!! (lalu
lari tunggang-langgang).
Narator :
Nah, sekarang dramanya benar-benar selesai.
Layar juga benar-benar diturunkan. Saya selaku Narator, mohon pamit. Sampai
jumpa di pementasan Drama Cicak part II. Eh, kok ada Drama Cicak part II? Ya,
iya lah, Film The Conjuring saja ada part II-nya, masa drama enggak?
= S E L E S A I =
Kredit Title
Drama CICAK ini
dibuat bersama sebagai tugas kelompok oleh :
Risa Hajjatul Ula
Irham Syawalna
Rahul Mahfud
Ola Irhamna
Maulida
Dara Gusfika Arafah
Gita Nurliana
Nazirah Firda
dan
Dimentori Oleh :
Jun Akhena (Owner Blog Catatan Jun Akhena)
Note
:
Mengambil
sebagian atau seluruhnya contoh naskah drama di atas adalah ilegal dan tidak
dibenarkan. Kalaupun ada adik-adikku para siswa-siswi sekolah yang nekat
mengambil meski sudah kuperingatkan ilegal, semoga diberakin Cicak. Hehehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar