Bathroom |
Kalau kau ingin
mengetahui seseorang itu suka menjaga kebersihan dirinya atau tidak, jenguklah
kamar mandinya.
Itu nasihat tua yang
satu kali pernah dilontarkan ibuku dulu. Kalau nasihat itu benar, maka dapat kupastikan
kalau tempatku bekerja sekarang dipenuhi oleh orang-orang yang sangat peduli
pada kebersihan diri mereka. Kenapa? Karena toilet di tempatku bekerja sekarang
amat sangat bersih, dan wangi.
Sangat kontras dengan
kamar mandi di tempat kerjaku yang dulu. Perbandingannya bagai langit dan bumi,
bagai istana dan gubuk reot, bagai kalung mutiara asli dan kalung batu imitasi.
Jika kamar mandi di tempat kerja lamaku diibaratkan kamar mandi kelas ekonomi,
maka yang ada di tempat kerja baruku ini adalah kamar mandi untuk kelas eksekutif.
Tak ada lantai semen
yang penuh tissue bekas seperti yang
sering kudapati di kamar mandi tempat kerjaku dulu. Tak ada bau pesing
menyengat hidung. Tak kutemukan bak air yang berlumut. Atau dinding semen yang
retak-retak. Atau kecoa yang hilir mudik melanglang buana di seluruh sudut
kamar mandi. Toilet ini bebas dari semua hal tak sedap itu. Bahkan jika
seandainya ada sofa di dalamnya, dengan senang hati aku akan duduk mengopi
sambil membaca koran pagi di dalam sini.
Sungguh, ini adalah
kamar mandi tercantik yang pernah ditatap mataku.
Temanku pasti akan
mengutuk dirinya karena gagal mendapatkan peluang untuk masuk bekerja di tempat
hebat ini. Dia akan gigit jari hanya dengan melihat lantai kamar mandinya saja,
dan pasti akan mengunyah lengannya sendiri saat tahu seperti apa keseluruhan
medan kerjaku. Kalau dia sampai tahu berapa persen kenaikan gajiku dari
sebelumnya, kurasa dia akan memutilasi dirinya sendiri. Padahal di bandingkan
tempat kerjaku yang lama, pekerjaan di sini teramat sangat ringan. Maksudku,
kalau pekerjaanmu sudah terlihat beres bahkan sebelum kau membereskannya,
bukankah itu artinya kalau pekerjaanmu sangat ringan? Kalau kau sedikit
bandel, kau bahkan tak perlu membereskannya. Toh pekerjaanmu sudah terlihat
beres, kan?
Sampai di mana, kita?
Oh, ya, kamar mandinya. Aku kembali memandang terpesona pada keadaan kamar
mandi kelas eksekutif ini. Lihat … bahkan kamar mandi pun bisa membuat
terpesona orang yang memandangnya bila ia tampil cantik. Paduan warnanya terlalu
manis untuk warna kamar mandi memang, tapi cukup pantas karena ini adalah kamar
mandi kelas eksekutif. Dindingnya berwarna coklat. Tersusun dari keramik motif irisan
kayu. Lantainya berwarna krem. Dibuat dari susunan batu koral dengan aksen
kerikil. Sebagian kecil aksen kerikil ini ada yang memanjang ke pertengahan
dinding terus menuju langit-langitnya yang berwarna putih bersih.
Aku tertarik untuk
membuka alas kakiku. Lantai bagusnya yang penuh tempelan batu koral terasa enak
ketika dipijak.
Sebuah shower menukik indah di pertengahan
dinding beraksen kerikil tadi. Jet shower menempel apik di bagian kiriku
sementara kerannya berada di bawah shower,
masih di tengah-tengah bagian kecil dinding beraksen batu koral. Sekat
kaca tembus pandang berdiri kokoh di kananku, bersih dan bening. Bahkan
menurutku lebih bening dari sekat kaca ruangan kerjaku di kantor yang lama.
Aku berdecak. Tak sabar
rasanya mendapat tugas malam di sini, agar aku bisa menggunakan kamar mandinya
sepuasku. Ah, sebenarnya aku tak perlu menunggu syif malam. Karena sudah
kuputuskan, sebelum pulang sore nanti aku akan mencoba bagaimana rasanya berada
di bawah guyuran shower kamar mandi
cantik ini. Maklum saja, bahkan di rumah pun aku hanya punya bak dan gayung
untuk mandi.
Ternyata, bekerja sebagai
petugas kebersihan di hotel lebih menyenangkan ketimbang menyandang pekerjaan
serupa di rumah sakit umum. Padahal, sama-sama petugas kebersihan. Aku patut
bersyukur karena bisa naik kelas, banyak teman-temanku masih berada di kelas
yang sama selama bertahun-tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar