Yesterday, today, tomorrow... |
Kemarin, aku pernah
melihat wajahmu dari jarak begitu dekat. Kita berpegangan tangan. Melangkah dalam sinergi di atas jembatan
gantung. Kita berpindah dari satu ujung ke ujung satunya. Aku tak ingat lagi, apakah
saat itu aku tertawa atau tidak. Namun aku ingat derai tawamu. Entah apa yang
begitu lucu. Aku juga ingat arus jernih bergemericik di bawah kita di antara
bebatuan. Adalah lembayung senja ketika kita sama mendongak menatap langit.
Saat terbangun… aku tahu
bahwa mimpi indahku baru saja terputus.
Kemarin, aku pernah
merasa lembut kulit wajahmu di jariku. Juga halus rambutmu di kulit wajahku. Aku
tak ingat lagi, apakah saat itu aku yang bersandar padamu, atau kau yang
terkulai di pangkuanku. Namun aku ingat semarak cicit burung di atas pohon
tempat kita bernaung. Aku ingat bagaimana harum bunga taman menyerbu masuk
rongga ciumku, bercampur wangi dirimu.
Saat terjaga… aku tahu
kalau khayalku baru saja lenyap pupus.
Kemarin, aku pernah
mendekap sosok mungilmu di dadaku. Entahlah, rasanya lenganmu juga melingkari
pinggangku dengan manja. Kita statis, kaku di bawah payung sempit yang kubuka
untuk kita di awal gerimis. Aku tak ingat lagi, adakah kita sempat basah saat
itu atau tidak. Namun aku ingat, rinai hujan menutup jarak kita di bawah payung
sempitku. Aku ingat guruh petir membuatmu sesekali terlonjak di sisiku. Katamu,
kau takut petir, sambil menyembunyikan wajahmu di dadaku. Kataku, aku akan
menjagamu.
Saat tersadar, Aku tahu
jika kenanganku baru saja terbang lepas.
Hari ini, dengan begitu
jelasnya aku ingat. Bukan mimpi. Bukan angan. Tidak juga khayal. Senyummu
teramat manis ketika lenganmu dikecup. Oleh dia yang bukan aku.
Esok, mungkin aku akan
memimpikanmu lagi lalu terbangun. Esok, mungkin aku akan mengangankanmu
kemudian terjaga. Esok, mungkin aku akan mengkhayalkanmu lantas tersadar. Bahwa
kau tidak diciptakan Tuhan untukku,
atau… aku yang
dihidupkan bukan untukmu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar