Aku menemukan seorang wanita.
Apa yang menarik perhatianku pertama kali adalah potongan rambutnya. Terus
terang, aku jarang melihat wanita dengan potongan rambut begini. Apa mereka
menyebutnya? Model bob? Sepertinya memang begitu. Cocok buatnya. Dia punya
rambut hitam legam dan tidak keriting. Rambut bob pendek asimetris dengan poni
singkap. Aku yakin dia tipe wanita berani. Maksudku, pasti butuh keberanian
untuk memangkas rambut sependek itu, kan?
Usianya mungkin berada
antara tiga puluh lima sampai awal empat puluh. Wanita dewasa. Wajahnya bujur
telur, sangat wanita. Yah, kebanyakan wanita memang punya bentuk wajah begitu.
Yang merusak menurutku, adalah dagunya. Seharusnya dia punya dagu yang
melengkung mulus untuk menyempurnakan wajah ovalnya, tapi ini tidak, dagunya
sedikit membelah. Beberapa orang mungkin menganggap manis belahan dagu, tapi
tidak berlaku buatku. Hanya masalah selera saja sebenarnya. Seperti kau
menyukai paprika sementara temanmu benci setengah mati pada sayuran itu.
Sekarang aku
memerhatikan alisnya. Alisnya tipis, menaungi matanya yang tidak bundar besar
dan juga tak bisa dikatakan sipit kecil. Ukuran matanya seperti yang dimiliki
kebanyakan orang, sedang-sedang saja. Bola matanya coklat gelap. Menurutku itu memang
warna aslinya, bukan contact lens. Banyak wanita yang memiliki
kantung mata, bahkan sejak mereka belia. Aku rasa wanita ini juga. Tebakanku,
kantung mata itu sudah dimilikinya sejak dulu, bukan karena faktor usia. Penambahan
usia mungkin hanya membuat miliknya makin jelas saja.
Harus kuakui, wanita ini
punya hidung bagus. Aset berharga wajahnya menurutku adalah hidung itu. Kebanyakan
wanita menyukai hidung kecil bangir, imut-imut selalu manis kata mereka. Namun
hidung mancung panjang milik wanita ini juga tak kalah bagus. Lalu, seperti apa
bibirnya? Tidak seksi. Bibirnya sangat biasa, warnanya merah pudar, tidak
tertutupi lipstick. Menurutku, dari
wajahnya, wanita ini bukan tipe pesolek. Entahlah, toh aku tak mengenalnya. Aku
hanya sedang menerka-nerka bagaimana sifatnya berdasarkan wajahnya.
Omong-omong, sekarang
aku beralih ke lehernya. Tidak jenjang seperti aset gadis-gadis di atas catwalk. Malah sebaliknya, wanita ini
punya leher yang cukup lebar. Kali ini sepertinya sungguh-sungguh karena faktor
usia. Ada beberapa lipatan di sana. Kulit lehernya tidak kencang lagi.
Dia sedang tersenyum. Tidak
lepas memang, tapi tetaplah seulas senyum. Dari senyum itu, kupikir wanita ini
punya sifat ramah. Aku yakin kalau dia akan tersenyum pada siapapun yang
kebetulan berpapasan dengannya, bahkan yang belum dikenalnya sekalipun.
Seseorang berdeham di sebelah luar, terdengar seperti bosku. Segera kuletakkan kembali foto tercecer itu di tempatnya semula, di bawah meja kerja bosku yang tak pernah rapi. Setelahnya kuraih sapu dan gagang pel, juga ember yang setengah berisi air, lantas melenggang ke luar. Di sana, ada koridor panjang yang harus kusapu dan lalu kubuat mengkilap, seperti kemarin dan
hari-hari sebelum kemarin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar