Minggu, 10 September 2017

Contoh Paragraf Deskripsi

pena dan notes
Cara membuat paragraf deskripsi


Ada lima jenis paragraf yang dikenal dalam dunia penulisan.

  1. Paragraf Argumentasi (ide/gagasan/pendapat/alasan)
  2. Paragraf Eksposisi (penjelasan)
  3. Paragraf Deskripsi (gambaran)
  4. Paragraf Persuasi (ajakan/bujukan)
  5. Paragraf Narasi (bercerita)
Kali ini aku gak akan membahas kelima-limanya, hanya paragraf deskripsi saja. Bentuk paragraf lainnya akan kita bahas pada postingan-postingan selanjutnya.

Pengertian Paragraf Deskripsi

Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan/melukiskan sesuatu dengan tujuan pembaca seolah-olah bisa melihat, merasakan, atau mendengar langsung.

Karena aku suka menulis fiksi, berikut adalah contoh bentuk paragraf deskripsi yang biasa kita temukan pada sebuah karya fiksi.


***

Lagi-lagi putih. Dinding dan perlengkapan dapurnya didominasi warna putih. Lantainya berwarna coklat kayu, motifnya juga irisan kayu. Kalau aku tak salah duga, lantai dapur ini memang dilapisi dengan bahan kayu. Mendongak ke atas, aku menemukan langit-langit putih bersih, kontras dengan warna lantai yang coklat tua.

Aku menggulung lengan kemejaku, lalu menyalakan kran pada kitchen sink. Air yang keluar berwarna jernih. Pasti menyenangkan mencuci piring dan gelas dan peralatan masak lainnya di bak cuci ini. Pasti mengasyikkan pula mencuci bahan mentah di bawah guyuran air sejernih ini sebelum dimasak.

Selesai mencoba kitchen sink, aku mundur beberapa langkah. Ketika masuk ke sini tadi, aku melewatkan tahap penting dalam mengingat detil sebuah ruang: memerhatikan satu demi satu sambil mencatat detilnya di memoriku. Aku sudah berjanji untuk memberi gambaran sejelas-jelasnya kepada istriku sepulang kerja nanti, tentang bagaimana rupa tempat kerja baruku.

Berdiri sambil melipat lengan di depan dada, aku mulai meng-copy pantry kantor baruku ke dalam kepala. Yang kuingat pertama kali adalah lemari kabinnya. Ada yang di bawah dan ada yang menggantung sedemikian rupa dengan cara menempeli dinding. Lagi-lagi warnanya putih. Aku menghitung pintu dan lacinya, lumayan banyak. Setelah itu tentu saja kitchen sink yang sudah sempat kucoba tadi, lalu table top tempat persiapan masak yang terbuat dari granit berwarna grey. Ada beberapa wadah kecil beralas telenan di sini. Aku mengetuk-ngetukkan jariku di sepanjang table top, kemudian berhenti dan memandang takjub pada kompor built in yang bersih mengkilap. Aku bertanya-tanya bagaimana rasanya bila punya kompor seperti itu di rumah. Kurasa istriku pasti akan menjadikan dapur sebagai tempat favoritnya, tentu saja setelah kamar tidur kami. Aku tertawa sendiri.

Beralih dari kompor, aku menatap cooker hood yang menantang pongah di atas kompor. Dengan alat pengisap semacam ini, aku yakin tak akan ada asap yang lolos dan melarikan diri dari dapur, semuanya akan tersedot masuk ke mulut sang vakum dapur ini. Aku menyempatkan diri mengusap Si Cooker Hood, kalau aku tak salah, ini adalah alat pengisap jenis chimney hood.

Puas mengusap, aku meneliti beberapa botol yang berjejer di bawah lemari gantung di kananku. Entah apa isi botol-botol itu, tapi aku yakin kalau isinya bukanlah wine atau vodka martiny, ini dapur bukan bar. Aku tak tertarik untuk membuka tutup botol dan memeriksa isinya, tidak penting untuk dilakukan. Sebelum meninggalkan dapur, aku masih sempat memutar-mutar mangkuk ceper satu-satunya di samping jejeran botol. Warnanya cantik, merah, warna favorit istriku.

Merasa cukup memerhatikan, aku menuju pintu dan berjalan keluar. Istriku yang seorang dokter bedah itu pasti akan histeris jika kukatakan bahwa pantry kantor baruku sama sterilnya dengan ruang kerjanya di rumah sakit. Karena, segala yang ada di dalam pantry kantor baruku tampak begitu hygienis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar