Senin, 11 September 2017

Naik Kelas



hotel bathroom
Bathroom


Kalau kau ingin mengetahui seseorang itu suka menjaga kebersihan dirinya atau tidak, jenguklah kamar mandinya.

Itu nasihat tua yang satu kali pernah dilontarkan ibuku dulu. Kalau nasihat itu benar, maka dapat kupastikan kalau tempatku bekerja sekarang dipenuhi oleh orang-orang yang sangat peduli pada kebersihan diri mereka. Kenapa? Karena toilet di tempatku bekerja sekarang amat sangat bersih, dan wangi.

Sangat kontras dengan kamar mandi di tempat kerjaku yang dulu. Perbandingannya bagai langit dan bumi, bagai istana dan gubuk reot, bagai kalung mutiara asli dan kalung batu imitasi. Jika kamar mandi di tempat kerja lamaku diibaratkan kamar mandi kelas ekonomi, maka yang ada di tempat kerja baruku ini adalah kamar mandi untuk kelas eksekutif.

Tak ada lantai semen yang penuh tissue bekas seperti yang sering kudapati di kamar mandi tempat kerjaku dulu. Tak ada bau pesing menyengat hidung. Tak kutemukan bak air yang berlumut. Atau dinding semen yang retak-retak. Atau kecoa yang hilir mudik melanglang buana di seluruh sudut kamar mandi. Toilet ini bebas dari semua hal tak sedap itu. Bahkan jika seandainya ada sofa di dalamnya, dengan senang hati aku akan duduk mengopi sambil membaca koran pagi di dalam sini.

Sungguh, ini adalah kamar mandi tercantik yang pernah ditatap mataku.
Temanku pasti akan mengutuk dirinya karena gagal mendapatkan peluang untuk masuk bekerja di tempat hebat ini. Dia akan gigit jari hanya dengan melihat lantai kamar mandinya saja, dan pasti akan mengunyah lengannya sendiri saat tahu seperti apa keseluruhan medan kerjaku. Kalau dia sampai tahu berapa persen kenaikan gajiku dari sebelumnya, kurasa dia akan memutilasi dirinya sendiri. Padahal di bandingkan tempat kerjaku yang lama, pekerjaan di sini teramat sangat ringan. Maksudku, kalau pekerjaanmu sudah terlihat beres bahkan sebelum kau membereskannya, bukankah itu artinya kalau pekerjaanmu sangat ringan? Kalau kau sedikit bandel, kau bahkan tak perlu membereskannya. Toh pekerjaanmu sudah terlihat beres, kan?

Sampai di mana, kita? Oh, ya, kamar mandinya. Aku kembali memandang terpesona pada keadaan kamar mandi kelas eksekutif ini. Lihat … bahkan kamar mandi pun bisa membuat terpesona orang yang memandangnya bila ia tampil cantik. Paduan warnanya terlalu manis untuk warna kamar mandi memang, tapi cukup pantas karena ini adalah kamar mandi kelas eksekutif. Dindingnya berwarna coklat. Tersusun dari keramik motif irisan kayu. Lantainya berwarna krem. Dibuat dari susunan batu koral dengan aksen kerikil. Sebagian kecil aksen kerikil ini ada yang memanjang ke pertengahan dinding terus menuju langit-langitnya yang berwarna putih bersih.

Aku tertarik untuk membuka alas kakiku. Lantai bagusnya yang penuh tempelan batu koral terasa enak ketika dipijak.

Sebuah shower menukik indah di pertengahan dinding beraksen kerikil tadi. Jet shower menempel apik di bagian kiriku sementara kerannya berada di bawah shower, masih di tengah-tengah bagian kecil dinding beraksen batu koral. Sekat kaca tembus pandang berdiri kokoh di kananku, bersih dan bening. Bahkan menurutku lebih bening dari sekat kaca ruangan kerjaku di kantor yang lama.

Aku berdecak. Tak sabar rasanya mendapat tugas malam di sini, agar aku bisa menggunakan kamar mandinya sepuasku. Ah, sebenarnya aku tak perlu menunggu syif malam. Karena sudah kuputuskan, sebelum pulang sore nanti aku akan mencoba bagaimana rasanya berada di bawah guyuran shower kamar mandi cantik ini. Maklum saja, bahkan di rumah pun aku hanya punya bak dan gayung untuk mandi.

Ternyata, bekerja sebagai petugas kebersihan di hotel lebih menyenangkan ketimbang menyandang pekerjaan serupa di rumah sakit umum. Padahal, sama-sama petugas kebersihan. Aku patut bersyukur karena bisa naik kelas, banyak teman-temanku masih berada di kelas yang sama selama bertahun-tahun.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar