Selasa, 19 September 2017

Kejujuran Berawal dari Foto Profil

profile picture
Kejujuran berawal dari foto profil

Siapa di sini yang tidak punya akun media sosial? Instagram, Twitter, Facebook, Blackberry Messenger, LINE, WhatsApp, Path, Hangout, bahkan blog, sebut lainnya. Begitu banyak media sosial yang muncul dengan berbagai gaya dan keunggulan. Kalian pasti punya salah satu atau salah dua atau bisa jadi malah punya akun di semua media sosial tersebut. Itu wajar dan sah-sah saja kok. Media sosial itu mengasyikkan, dan menyenangkan. Adalah sebuah kewajaran jika kalian punya banyak akun media sosial. Karena aku juga punya, lebih dari satu.

Ada satu hal yang tidak bisa tidak dalam dunia medsos. Apapun nama dan jenis media sosialnya, kita akan selalu menemukan satu kesamaan utama dari mereka. Itu adalah foto profil, atau display picture, atau picture profile. Bisa jadi sitilah foto profil ini berbeda untuk tiap-tiap jenis media sosial, tapi intinya sama saja.

Pernah dengar istilah kekinian yang mengatakan kalau "Kejujuran itu berawal dari foto profilmu?" Aku sama sekali tidak tahu kalau istilah unik ini eksis, sampai tadi siang aku menemukannya sendiri pada salah satu meme yang tersebar di internet. Yeah, aku memang termasuk telat tahu. Ini bukan pembelaan diri, pekerjaanku membuatku selalu sibuk hingga tidak sempat mengikuti tren kekinian dan segala macam atributnya yang terus bermunculan di internet. Salah satunya istilah unik di atas tadi.

Kejujuran berawal dari foto profil. Sebenarnya, butuh beberapa saat buatku untuk paham sepenuhnya makna di balik istilah itu. Dan ketika aku benar-benar paham maksud di baliknya, aku merasa mendapat sebuah pencerahan. Iya. Pencerahan, buat bikin postingan ini tentunya (LOL mode: on).

Buat siapapun yang pertama kali mencetuskan istilah itu, kau sangat tepat mengatakannya, Pal. Istilah yang kau cetuskan itu amat sangat relevan dengan zaman digital dan sosial media sekarang ini. Kejujuran berawal dari foto profil, itu cukup representatif untuk mendeskripsikan kondisi real dari kehidupan media sosial zaman ini.

Terus terang saja, istilah itu menyinggungku. Bahkan catatan yang kutulis ini juga bakal menyinggung diriku sendiri. Jujur, selama menggunakan media sosial, aku juga tidak bisa selalu jujur terkait foto profil. Mohon dicatat kalimat tidak selalu jujur-nya ya! Itu berarti cuma kadang-kadang saja aku enggak jujur (teuteup ya, pembelaan diri hehehe).

Istilah nyeleneh ini, seakan dicetuskan sebagai instrument bagi kita untuk bercermin. Sudahkah kita jujur? Atau, kita sedang mengenakan topeng. Foto profil akun media sosial kita bisa jadi indikator kejujuran kita sendiri. Foto apa/siapa yang kita jadikan gambar profil akun media sosial kita? Kita jujur, jika kita memajang gambar kita sendiri apa adanya di sana. Sebaliknya, kita belum jujur jika yang kita pajang di sana adalah gambar orang lain, atau gambar kita sendiri tapi hasil editan super tinggi menggunakan bermacam aplikasi foto editor.

Sebagian orang mungkin menganggap media sosial adalah bagian dari dunia maya, dan mereka menggunakannya hanya untuk have fun. Seperti namanya, dunia maya. Maya, artinya semu dan tidak nyata. Orang-orang seperti itu mungkin berprinsip, tak perlu jujur-jujur banget untuk hal-hal yang tidak nyata. Karena berpikir demikian, mereka menganggap sah-sah saja berbohong dengan foto profil.

Namun jangan lupa, banyak jenis media sosial sekarang yang justru amat sangat dekat dengan kehidupan nyata para penggunanya. Orang-orang seperti ini, menggunakan media sosial dalam rutinitas sehari-hari sebagai sebuah media komunikasi yang real, dengan orang-orang yang real juga. Mungkin mereka tidak pernah berpikir, bahwa media sosial yang mereka gunakan ini juga berpotensi membohongi mereka. Berapa banyak kasus penipuan yang berawal dari media sosial? Banyak. Berapa banyak oknum yang menggunakan media sosial sebagai sarana bagi mereka dalam melakukan tindak kriminal? Jawabannya, lebih banyak lagi.

Tentang foto profil tadi, bagaimana kalau seseorang sengaja tidak menggunakan foto asli mereka dengan alasan privaci? Apakah itu termasuk ketidakjujuran?

Menurutku, iya. Itu juga sebuah ketidakjujuran. Apapun dalihnya, kebohongan tetaplah sebuah kebohongan. Bebek tidak serta merta jadi ayam meski ia tinggal bersama dalam kandang ayam, kan? Tapi dalam hal privasi, orang-orang akan melakukan apa saja demi melindungi privacinya. Aku juga pasti akan melakukan demikian. Contoh dekatnya, aku tidak menggunakan wajah asliku dalam blog ini. Namaku di sini juga tidak seratus persen asli. Menggunakan nama samaran, ketidakjujuran yang demikian itu dibenarkan dalam dunia literasi. Karena itulah kita mengenal adanya nama pena. Sebagai contoh, Tere Liye itu nama pena.

Menurutku, "kejujuran berawal dari foto profil" ini ditujukan tidak buat orang-orang yang bermaksud melindungi privaci mereka saat menggunakan media sosial, tapi dikhususkan bagi mereka yang menmggunakan media sosial sebagai real person, tapi sengaja memburamkan identitas mereka demi terlihat "lumayan" di mata orang-orang. Menurutku, istilah ini lebih ditujukan buat mereka yang menggunakan foto profil pada akun media sosial mereka dengan foto yang bukan mereka apa adanya.

Memang benar, rata-rata kita pastilah sangat selektif dalam memilih foto profil yang ingin dipajang. Masalahnya, ada pengguna media sosial yang memajang foto profil justru kebalikan dari kondisi dirinya yang sebenarnya. Mudahnya, di gambar profil akun media sosial, kita menemukan wajahnya yang putih mulus tanpa setitik pun jerawat bahkan tahi lalat, padahal aslinya dia jerawatan dan bertahi lalat. Sekarang paham? Nah, kondisi begitulah yang sangat banyak kita temukan dalam dunia per-medsos-an.

Sebenarnya, kalau kita mau sedikit berpikir lebih bijaksana. Media sosial bisa jadi wadah bagi kita untuk melatih kepercayaan diri. Media sosial bisa jadi podium bagi kita untuk meneriakkan pada orang-orang, "Hey, inilah aku, apa adanya diriku, dan aku percaya diri dengan fisikku karena Tuhan yang membuatnya begini." Bisakah kita seperti itu?


Segala sesuatu di dunia ini selalu punya dua sisi yang berbeda, Kawan. Hitam dan putih, sisi gelap dan sisi terang. Media sosial juga begitu. Yang harus diingat adalah, dalam setiap hal kita selalu bisa memilih. Begitu juga dalam hal menggunakan media sosial. Kita bisa memilih untuk menggunakannya secara jujur, atau memilih untuk tidak jujur sejak awal.

So, sudah jujurkah foto profilmu saat ini?

1 komentar: